Senin, 19 Mei 2025
  • SELAMAT DATANG di Official Site SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo Jawa Timur

Menyongsong Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei : Menyulam Semangat Kebangkitan Nasional Menuju Indonesia Emas 2045

Oleh: Yupiter Sulifan

Tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, mengacu pada berdirinya Boedi Oetomo pada tahun 1908. Organisasi ini menandai babak baru kesadaran kolektif bangsa untuk bersatu, bangkit, dan berjuang melawan penjajahan melalui jalur pendidikan, organisasi, dan politik. Lebih dari sekadar momen sejarah, Hari Kebangkitan Nasional adalah simbol lahirnya nasionalisme modern Indonesia.

Kini, lebih dari seabad setelah kebangkitan itu, Indonesia dihadapkan pada tantangan dan peluang yang tak kalah besar. Menuju tahun 2045, Indonesia memiliki cita-cita besar menjadi negara maju berdaya saing tinggi, dikenal sebagai Indonesia Emas 2045. Misi ini bukan sekadar mimpi, melainkan target strategis yang didasarkan pada momentum 100 tahun kemerdekaan Indonesia.

Namun, apakah makna kebangkitan itu masih relevan di era sekarang, terutama ketika kita sedang menyongsong tahun 2045 saat Indonesia genap berusia satu abad?

Dalam konteks hari ini, semangat kebangkitan bukan lagi tentang perjuangan fisik melawan penjajah, tetapi tentang bagaimana kita, sebagai bangsa, bersatu untuk mewujudkan cita-cita besar: Indonesia Emas 2045. Visi ini merupakan proyeksi masa depan yang menempatkan Indonesia sebagai negara maju, adil, sejahtera, dan berdaulat pada usia ke-100 kemerdekaannya.

Jika kebangkitan tahun 1908 digerakkan oleh kaum terpelajar seperti dr. Soetomo dan kawan-kawan yang mendirikan Boedi Oetomo, maka kebangkitan menuju 2045 juga harus digerakkan oleh generasi muda masa kini yang cakap teknologi, kritis, dan kreatif. Bangsa ini membutuhkan “kebangkitan baru” yakni kebangkitan dalam kualitas sumber daya manusia, inovasi, dan daya saing global.

Indonesia Emas 2045 menargetkan Indonesia menjadi negara dengan ekonomi terbesar keempat dunia, pengentasan kemiskinan, pemerataan pendidikan, serta penguatan karakter kebangsaan. Namun, semua itu tidak bisa terjadi begitu saja. Ia harus ditopang oleh kesadaran kolektif bahwa perubahan besar hanya bisa dicapai dengan semangat persatuan dan kerja keras, sebagaimana yang telah diteladankan oleh para pendahulu bangsa.

Pendidikan sebagai Pilar Utama

Salah satu pilar utama untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 adalah pendidikan. Sistem pendidikan yang inklusif, adaptif, dan berkualitas tinggi adalah fondasi bagi terbentuknya generasi unggul. Dalam semangat Harkitnas, para pendidik harus mampu menyalakan kembali api idealisme, memperkuat nilai-nilai kebangsaan, dan membentuk karakter siswa yang tangguh, jujur, dan peduli terhadap lingkungannya.

Tidak cukup hanya dengan menguasai sains dan teknologi, generasi masa depan juga harus memahami sejarah bangsanya, memiliki semangat gotong royong, dan berkomitmen pada nilai-nilai Pancasila. Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi manusia cerdas, tetapi juga manusia bermoral dan bertanggung jawab.

Momentum Refleksi dan Aksi

Peringatan Harkitnas seharusnya tidak berhenti pada seremoni. Ini adalah momentum untuk refleksi: sejauh mana bangsa ini telah bangkit dari keterbelakangan? Seberapa besar komitmen kita pada transformasi dan pembaruan?

Namun refleksi saja tidak cukup. Ia harus diikuti oleh aksi nyata. Pemerintah, dunia pendidikan, pelaku usaha, media, dan masyarakat sipil harus bekerja sama membangun ekosistem yang mendukung pencapaian visi Indonesia Emas. Ini mencakup investasi di bidang riset dan inovasi, penguatan pendidikan karakter, pemerataan akses pendidikan dan kesehatan, serta penghapusan kesenjangan digital.

Peran Generasi Muda

Sejarah mencatat, gerakan kebangkitan nasional diawali oleh kaum muda. Kini, tugas estafet itu berpindah ke pundak generasi Z dan generasi Alpha yang akan menjadi penggerak utama Indonesia pada 2045. Mereka akan menjadi ilmuwan, pemimpin, guru, seniman, dan entrepreneur yang menentukan wajah Indonesia masa depan.

Namun, potensi mereka tidak akan berarti tanpa bimbingan, teladan, dan sistem yang mendukung. Oleh karena itu, semua elemen bangsa memiliki tanggung jawab untuk menciptakan ruang tumbuh bagi anak-anak muda: ruang untuk berpikir kritis, berinovasi, dan membangun jejaring global tanpa kehilangan jati diri kebangsaan.

Di tengah berbagai tantangan global krisis iklim, ketimpangan ekonomi, konflik geopolitik Indonesia dituntut untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi pemain utama. Dan untuk itu, semangat kebangkitan harus tetap menyala.

Kita perlu menumbuhkan kembali rasa percaya diri sebagai bangsa besar. Seperti yang disampaikan Bung Karno: “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” Maka dari itu, mengenang Hari Kebangkitan Nasional bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi menyalakan api harapan menuju masa depan.

Misi Indonesia Emas 2045 bukanlah mimpi kosong. Ia adalah cita-cita besar yang sangat mungkin dicapai jika seluruh komponen bangsa bersatu dalam semangat kebangkitan baru. Tanggal 20 Mei seharusnya menjadi pengingat tahunan bahwa kebangkitan itu tidak hanya terjadi sekali dalam sejarah, tetapi harus terus diperbarui setiap generasi.

Saatnya kita melanjutkan perjuangan para pendahulu dengan semangat baru: kebangkitan melalui pendidikan, inovasi, dan karakter. Dengan begitu, Indonesia tidak hanya bangkit  tetapi melesat menjadi bangsa yang benar-benar merdeka, berdaulat, dan bermartabat di mata dunia. Semoga.

Penulis adalah guru BK Smanita.

KELUAR