Suka beli bakso beranak,
Minumnya air buah nira.
Ayo kawan rehat sejenak,
Baca ini bikin gembira.
oleh : Yupiter Sulifan, Guru BK Smanita
Pantun merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang sarat makna dan nilai-nilai kearifan lokal. Meskipun bentuknya sederhana, pantun menyimpan kekayaan rasa, logika, serta pesan moral yang mendalam. Di tengah arus modernisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, pantun masih memiliki tempat penting, bukan hanya sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai media yang dapat menumbuhkan kesejahteraan jiwa bagi siapa pun yang mendalaminya.
Secara tradisional, pantun berfungsi sebagai alat komunikasi yang halus dan penuh sopan santun. Melalui pantun, seseorang bisa menyampaikan nasihat, sindiran, atau perasaan dengan cara yang menyenangkan dan tidak menyinggung. Ungkapan dalam pantun sering kali ringan, berima, dan memiliki keseimbangan antara isi dan irama. Irama inilah yang membuat pantun menyenangkan untuk dibaca atau didengar, dan secara psikologis mampu menghadirkan rasa tenang serta bahagia bagi pendengarnya.
Dari sisi psikologis, pantun memiliki manfaat besar bagi kesejahteraan jiwa.
Pertama, pantun dapat menjadi sarana ekspresi diri. Saat seseorang menulis atau melantunkan pantun, ia sedang menuangkan perasaan entah itu gembira, sedih, rindu, atau kecewa ke dalam bentuk kata yang indah. Proses menulis pantun dapat membantu menyalurkan emosi secara positif, sehingga mengurangi stres dan tekanan batin.
Kedua, pantun melatih ketajaman berpikir dan kepekaan rasa. Untuk merangkai pantun, seseorang harus berpikir cepat, memilih kata yang tepat, sekaligus menjaga irama dan makna. Aktivitas ini mengasah otak kiri dan kanan secara bersamaan: logika bekerja untuk menjaga rima dan struktur, sementara sisi emosional berperan dalam memilih diksi yang menyentuh. Kombinasi ini menumbuhkan keseimbangan mental yang berdampak baik bagi kesehatan jiwa.
Ketiga, pantun mengandung nilai kebersamaan dan interaksi sosial. Dalam tradisi masyarakat Melayu maupun Nusantara lainnya, pantun sering digunakan dalam acara adat, pernikahan, hingga permainan rakyat. Saling berbalas pantun menumbuhkan suasana gembira, mempererat hubungan antarsesama, dan mengajarkan sopan santun dalam berkomunikasi. Jiwa yang terhubung dengan orang lain secara positif akan lebih sejahtera, karena manusia pada dasarnya makhluk sosial yang membutuhkan interaksi hangat.
Selain itu, pantun juga berperan dalam menumbuhkan optimisme dan kebijaksanaan hidup. Banyak pantun yang berisi pesan moral, ajakan berbuat baik, atau nasihat untuk tetap tegar menghadapi kehidupan. Membaca dan merenungkan isi pantun semacam itu dapat menjadi pengingat lembut yang menenangkan hati.
Di era digital sekarang, pantun bisa dikembangkan sebagai media terapi jiwa yang menyenangkan misalnya melalui lomba berbalas pantun di sekolah, komunitas, atau media sosial. Selain melestarikan budaya, kegiatan semacam itu membuat masyarakat lebih sehat secara mental, karena mereka belajar mengekspresikan diri dengan cara positif.
Dengan demikian, pantun bukan sekadar warisan sastra lama, tetapi juga obat hati yang menumbuhkan kebahagiaan, ketenangan, dan keseimbangan jiwa. Dalam setiap bait pantun, tersimpan keindahan bahasa dan kebijaksanaan hidup yang dapat menyembuhkan kelelahan batin manusia modern.
Berikut beberapa contoh pantun yang menenangkan jiwa dan bisa membantu mengurangi stres yang disusun dengan bahasa lembut, penuh makna, dan bernuansa positif. Berikut contoh pantunnya :
Ranting tua masih berdiri,
Berdiri tegak diterpa hujan.
Hidup ini indah dijalani,
Asal hati penuh harapan.
Beli perkutut ke Tuban,
Jangan keliru beli louhan.
Hati kuat menghadapi beban,
Beban sirna bila ber-Tuhan.
Komentar Terbaru