Rabu, 11 Des 2024
  • SELAMAT DATANG di Official Site SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo Jawa Timur

Ketika Musim Berganti: Dampak Pergantian Musim terhadap Siswa dan Seasonal Affective Disorder

 

Oleh : Aditya Zulmi Rahmawan

Guru Geografi SMAN 1 Taman

Pada pergantian musim, khususnya dari musim kemarau ke musim hujan, membawa perubahan signifikan pada lingkungan sekitar kita. Perubahan ini tidak hanya memengaruhi kondisi fisik, tetapi juga dapat berdampak pada suasana hati dan emosi, terutama pada kelompok rentan seperti siswa sekolah. Salah satu gangguan yang sering dikaitkan dengan perubahan musim adalah Seasonal Affective Disorder (SAD).

Bumi saat ini mengalami perubahan iklim, sehingga mengakibatkan perubahan cuaca sangat ekstrim seperti meningkatnya intensitas adanya badai yang mengakibatkan bahaya dan dampaknya yang sangat tinggi. Pergantian musim dari kemarau ke hujan membawa sejumlah tantangan bagi siswa. Perubahan cuaca yang drastis, seperti suhu yang lebih dingin, kelembapan yang tinggi, dan kurangnya sinar matahari, dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental siswa. Beberapa dampak yang umum dirasakan antara lain:

  • Penurunan daya tahan tubuh: Cuaca yang lembap dan dingin membuat siswa lebih mudah terserang penyakit seperti flu, batuk, dan pilek. Hal ini dapat mengganggu aktivitas belajar dan mengurangi konsentrasi.
  • Gangguan tidur: Perubahan pola tidur sering terjadi pada musim hujan. Beberapa siswa mungkin mengalami kesulitan tidur atau justru tidur terlalu banyak. Hal ini dapat memengaruhi mood dan kinerja akademik.
  • Perubahan suasana hati: Kurangnya paparan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan produksi serotonin, hormon yang berperan dalam mengatur suasana hati. Akibatnya, siswa mungkin merasa lebih sedih, lesu, atau mudah marah.
  • Kurang motivasi: Cuaca yang kurang bersahabat seringkali membuat siswa merasa malas dan kurang bersemangat untuk melakukan aktivitas, termasuk belajar.
  • Konsentrasi terganggu: Perubahan cuaca dan kondisi lingkungan yang kurang nyaman dapat mengganggu konsentrasi siswa saat belajar.

Seasonal Affective Disorder (SAD) pada Siswa

Seasonal Affective Disorder (SAD) adalah gangguan suasana hati yang terkait dengan perubahan musim. Gejala SAD umumnya muncul pada musim kemarau dan musim dingin di negara-negara dengan empat musim, namun di Indonesia, gejala SAD sering muncul saat musim hujan. Konsep SAD pertama kali diperkenalkan pada tahun 1984 oleh Norman Rosenthal, seorang psikiater Amerika. Rosenthal mengamati bahwa beberapa pasiennya mengalami gejala depresi yang muncul secara musiman. Sejak saat itu, SAD telah menjadi topik penelitian yang intensif dan semakin banyak dipahami. Siswa yang mengalami SAD mungkin merasakan gejala seperti:

  • Perasaan sedih atau murung: Merasa kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya disukai.
  • Kelelahan: Merasa lelah sepanjang waktu, bahkan setelah tidur yang cukup.
  • Perubahan nafsu makan: Seringkali disertai dengan peningkatan nafsu makan dan berat badan.
  • Sulit berkonsentrasi: Kesulitan fokus pada tugas-tugas sekolah.
  • Perubahan pola tidur: Sulit tidur atau tidur terlalu banyak.

Penyebab Seasonal Affective Disorder (SAD)

Meskipun penyebab pasti SAD belum sepenuhnya dipahami, beberapa faktor yang diduga berperan antara lain:

  • Kurangnya Paparan Sinar Matahari: Kurangnya sinar matahari dapat mengganggu produksi serotonin, hormon yang berperan dalam mengatur suasana hati.
  • Perubahan Produksi Melatonin: Melatonin adalah hormon yang mengatur siklus tidur-bangun. Perubahan panjang siang hari dapat memengaruhi produksi melatonin dan mengganggu pola tidur.
  • Imbalance Kimia Otak: SAD mungkin terkait dengan ketidakseimbangan zat kimia otak lainnya, seperti norepinefrin dan dopamin.
  • Faktor Genetik: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa SAD mungkin memiliki komponen genetik.

Tips Menghadapi Musim Hujan dan Mencegah SAD

Untuk mengatasi dampak negatif musim hujan dan mencegah terjadinya SAD, siswa dapat melakukan beberapa hal berikut:

  • Jaga kesehatan fisik:
    • Istirahat yang cukup: Pastikan tidur yang cukup untuk menjaga energi.
    • Konsumsi makanan bergizi: Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
    • Olahraga secara teratur: Meskipun hujan, siswa tetap bisa berolahraga di dalam ruangan.
    • Lindungi diri dari hujan: Selalu bawa payung atau jas hujan saat keluar rumah.
  • Jaga kesehatan mental:
    • Paparan sinar matahari: Manfaatkan waktu cerah untuk berjemur sebentar.
    • Aktivitas yang menyenangkan: Lakukan kegiatan yang disukai, seperti membaca, mendengarkan musik, atau bermain bersama teman.
    • Kelola stres: Lakukan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga.
    • Cari dukungan: Bicarakan perasaan Anda dengan orang tua, guru, atau teman.
  • Adaptasi lingkungan belajar:
    • Buat ruang belajar yang nyaman: Pastikan ruang belajar memiliki pencahayaan yang cukup dan suhu yang nyaman.
    • Atur jadwal belajar: Buat jadwal belajar yang teratur dan realistis.
    • Cari tempat belajar yang tenang: Jika di rumah terlalu ramai, cobalah belajar di perpustakaan atau tempat yang tenang lainnya.
  • Konsultasi dengan profesional: Jika gejala SAD semakin mengganggu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Peran Orang Tua dan Guru

Orang tua dan guru memiliki peran penting dalam membantu siswa mengatasi dampak musim hujan dan mencegah terjadinya SAD. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:

  • Memperhatikan perubahan perilaku anak: Orang tua dan guru perlu peka terhadap perubahan perilaku anak, seperti penurunan prestasi, perubahan suasana hati, atau penarikan diri dari pergaulan.
  • Memberikan dukungan emosional: Berikan dukungan dan pengertian kepada anak, buat mereka merasa nyaman untuk berbagi perasaan.
  • Membantu menciptakan lingkungan yang positif: Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan mendukung.
  • Mendorong aktivitas fisik: Ajak anak untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur.
  • Memastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup: Sediakan makanan bergizi untuk menjaga daya tahan tubuh anak.

Dengan menerapkan tips-tips di atas, diharapkan siswa dapat lebih mudah menghadapi musim hujan dan tetap produktif dalam belajar. Ingat, penting untuk mencari bantuan profesional jika gejala SAD semakin memburuk.

KELUAR